RIWAYAT HEGEL
“Kebenaran
hakiki akan pelan-pelan akan terkuak seiring evolusi sejarah perjalan pemikiran
filsafat” itulah ungkapan seorang sejarawan dan filusuf idealis yang lahir di
Stutgart Jeraman yaitu George Wilhelm Frederich Hegel dan dikenal sebagai
penghasil karya yang sulit dipahamai, namun memilki pengaruh yang besar setelah
Kant.[1]
Hegel
adalah seorang sejarawan sekaligus filosof yang karya-karyanya sangat
mempengaruhi dunia. Dia lahir di kota
Stuttgart pada tanggal 27 Agustus 1770 dari keluarga pegawai negeri, ayahnya
merupakan pekerja di kantor keuangan kerajaan Wurtenberg. Tahun 1788 dia masuk
sekolah teologi yaitu Universitas Tuebingen. Di sana dia mengenal penyair
Holderlin dan Schelling. Pada awalnya dia sangat tertarik dengan teologi, dia
bahkan menganggap filasafat adalah teologi dalam pengertian penyelidikan
terhadap Yang Absolut. Dari tahun 1790 sampai 1800 bisa dibilang Hegel hanya
menghasilkan karya-karya yang berbau teologi antara lain “The Positivity of
Christian Religion” tahun 1796 dan “The Spirit of Christianity” tahun 1799.[2]
Hegel
selanjutnya setelah sempat tinggal di Swiss, mengajar di Universitas Jena tahun
1801, di sana dia selain mengajar dia juga bekerjasama dengan Schelling dalam
menyunting jurnal filsafat. Tahun 1807 terbitlah “Die Phanomenologie des
Geistes” (Fenomenologi Roh) yang merupakan dasar dari sistem filsafatnya.[3]
Hegel
sendiri juga terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa politik yang terjadi pada
masa ia hidup. Peristiwa itu adalah dikalahkannya pasukan Prusia oleh tentara
Prancis di bawah pimpinan Napoleon tahun 1806. Dengan demikian Prusia dikuasai
oleh pemerintahan Napoleon. Dalam pemerintahan Napoleon rakyat Prusia hidup
dalam iklim yang jauh lebih demokratis, kebebasan pers misalnya sangatlah
dijunjung tinggi. Namun ternyata Napoleon tidak dapat bertahan lama menguasai
Prusia, karena lewat peperangan sengit antara Leipzig dan Waterloo, Napoleon
pun dikalahkan tahun 1816. Kekaisaran Prusia kembali dipulihkan dan
pemerintahan yang bersifat otoritarian kembali dijalankan di seluruh wilayah
Prusia.
Perlu
diketahui Hegel yang pada masa revolusi Prancis bersimpati pada gerakan Jacobin
yang radikal, ternyata pengagum Napoleon. Dia menyebut Napoleon sebagai Roh
Dunia dan kagum atas kejeniusan dan kekuatan Napoleon. Namun ketika kekaisaran
Prusia direstorasi dia juga menyatakan diri sebagai pengagum kekaisaran Prusia
bahkan menjadi seorang propaganda aktifnya.
Tahun
1818 dia menggantikan Fichte sebagai Profesor di Universitas Berlin dan di sana
dia mempublikasikan sebuah karya yang sangat berpengaruh terhadap filsafat
politik dan filsafat hukum, buku yang terbit tahun 1820 itu berjudul
“Grundlinien der Philosophie des Rechts” (Garis Besar Filsafat Hukum).
Selanjutnya terbit juga buku-buku lain yang merupakan hasil dari kuliahnya di
Universitas Berlin, yang terpenting dari beberapa karyanya itu adalah
“Philosophy of History”. Hegel meninggal di Berlin tahun 1831 sama dengan nasib
anaknya yang tidak diakuinya yang meninggal di Jakarta –dulu Batavia—saat
menunaikan tugasnya sebagai tentara Belanda tahun 1831.[4]
METODE DIALEKTIKA
Sumbangan Hegel pada filsafat adalah
konsep dialektika penyikapan kebenaran awal sebagai munculnya tesis yang
bertemu dengan kebenaran tandingan sebagai antitesis untuk menghasilkan
kebenaran baru yang disebut sintesis.
Hal lainnya juga perlu diketahui
bahwa dialektika berkaitan dengan dialog, percakapan. Bayangkan percakapan
seperti ini. Ada orang yang mengatakan dengan tegas dan tanpa nuansa apa pun:
“Indonesia adalah negara yang paling kaya di dunia” (thesis). Lawan bicaranya
membalas dengan tegas pula: “Omong kosong, Indonesia adalah negara yang paling
miskin” (antithesis). Kalau orang yang pertama lalu diam saja, maka tidak
terjadi percakapan dalam arti yang sebenarnya, tidak ada dialog. Akan tetapi,
bayangkan saja! Orang pertama mengetengahkan: “Ya, kalau dikatakan paling kaya,
itu tentu terlalu optimis. Negara Indonesia tentu juga banyak kelemahan dalam
ekonominya: dari segi tertentu kita kaya, tetapi dari segi lain tidak”. juga
orang kedua mulai menambah nuansa pada ucapannya: “Paling miskin, ya itu memang
melebih-lebihkan. Kita mempunyai sumber daya alam yang kaya dan pembangunan
selama ini sudah membawa banyak hasil”. Dengan demikian mereka mencapai apa
yang disebut synthesis di mana unsur-unsur kebenaran dari thesis dan antithesis
dipertahankan.[5]
Hegel dalam hal ini juga memberikan
contoh yang telah disinggungnya pada permulaan usaha filosofisnya, yang
merupakan alternative tradisional dengan asumsi bahwa proposisi haruslah
terdiri dari subjek dan predikat. Logika seperti inilah yang kemudian
direfleksikan oleh Hegel mengenai, yakni dialog tentang ada, ketiadaan, dan
menjadi. Hal itu dijelaskannya secara demikian: “Ada, ada yang murni, mencakup
segala sesuatu dan merupakan satu-satunya hal yang ada, sama sekali tidak
ditentukan, segala sesuatu terkandung di dalamnya” (thesis). “Ada? Justru itu
tidak sesuatu pun, ketiadaan, karena ketiadaan pula sama sekali tidak
ditentukan. Tidak terdapat Ada, hanya terdapat Ketiadaan”. “Betul, ‘Ada’ dalam
bentuknya yang abstrak dan murni memang tidak mempunyai isi, sama seperti
ketiadaan” (synthesis). Synthesis inilah kebenaran yang tertinggi.[6]
KARYA-KARYA HEGEL
Ada
banyak karya yang sudah tercipta dari tangan seorang Hegel, banyak karyanya
berupa filsafat dan juga sejarah. Berikut ini adalah karya-karya Hegel:
1. Phenomenology
of Spirit (Phanomenologie des Geistes Kadang-kadang diterjemahkan sebagai
Phenomenology of Mind) 1807 , yang dibuat pada awal karir filsafatnya.
2. Science
of Logic (Wissenschaft der Logik) 1812 –1816 (edisi terakhir dari bagian
pertama 1831)
3. Encyclopedia
of the Philosophical Sciences (Enzyklopaedie der philosophischen
Wissenschaften) 1817 –1830
4. Elements
of the Philosophy of Right (Grundlinien der Philosophie des Rechts) 1821
5. Kuliah
tentang Estetika
6. Kuliah
tentang Filsafat
7. Sejarah
(juga diterjemahkan menjadi Kuliah tentang Filsafat Sejarah Dunia) 1830
8. Kuliah
tentang Filsafat Agama
9. Kuliah
tentang Sejarah Filsafat
DAFTAR PUSTAKA
Bdk.
Dr. P.A. van der Wei. 2000. Filsuf-filsuf
Besar tentang Manusia, Yogyakarta: Kanisius.
Kumara
Ari Yuana. 2010. The Gratest Philosophers
100 Tokoh Filusuf Barat Dar Abad 6 Sm-
Abad 21 Yang Meng Inspirasi Dunia Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
http://dayakkebahanberbagi.wordpress.com/2011/04/13/gagasan-hegel-tentang-idealisme-mutlak-dialektika/,
diakses pada 2 Maret 2014.
[1]Kumara Ari Yuana, The Gratest Philosophers 100 Tokoh
Filusuf Barat Dar Abad 6 Sm- Abad 21
Yang Meng Inspirasi Dunia Bisnis, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010), Hlm.
206.
[2]http://dayakkebahanberbagi.wordpress.com/2011/04/13/gagasan-hegel-tentang-idealisme-mutlak-dialektika/, diakses pada 2 Maret 2014.
[3]Ibid.
[4]Ibid.
[5]Bdk. Dr. P.A. van der Weij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia,
(Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 102-103.