Minggu, 22 Juni 2014

HEGEL PENCETUS METODE DIALEKTIKA


RIWAYAT HEGEL
“Kebenaran hakiki akan pelan-pelan akan terkuak seiring evolusi sejarah perjalan pemikiran filsafat” itulah ungkapan seorang sejarawan dan filusuf idealis yang lahir di Stutgart Jeraman yaitu George Wilhelm Frederich Hegel dan dikenal sebagai penghasil karya yang sulit dipahamai, namun memilki pengaruh yang besar setelah Kant.[1]
Hegel adalah seorang sejarawan sekaligus filosof yang karya-karyanya sangat mempengaruhi dunia. Dia  lahir di kota Stuttgart pada tanggal 27 Agustus 1770 dari keluarga pegawai negeri, ayahnya merupakan pekerja di kantor keuangan kerajaan Wurtenberg. Tahun 1788 dia masuk sekolah teologi yaitu Universitas Tuebingen. Di sana dia mengenal penyair Holderlin dan Schelling. Pada awalnya dia sangat tertarik dengan teologi, dia bahkan menganggap filasafat adalah teologi dalam pengertian penyelidikan terhadap Yang Absolut. Dari tahun 1790 sampai 1800 bisa dibilang Hegel hanya menghasilkan karya-karya yang berbau teologi antara lain “The Positivity of Christian Religion” tahun 1796 dan “The Spirit of Christianity” tahun 1799.[2]
Hegel selanjutnya setelah sempat tinggal di Swiss, mengajar di Universitas Jena tahun 1801, di sana dia selain mengajar dia juga bekerjasama dengan Schelling dalam menyunting jurnal filsafat. Tahun 1807 terbitlah “Die Phanomenologie des Geistes” (Fenomenologi Roh) yang merupakan dasar dari sistem filsafatnya.[3]
Hegel sendiri juga terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa politik yang terjadi pada masa ia hidup. Peristiwa itu adalah dikalahkannya pasukan Prusia oleh tentara Prancis di bawah pimpinan Napoleon tahun 1806. Dengan demikian Prusia dikuasai oleh pemerintahan Napoleon. Dalam pemerintahan Napoleon rakyat Prusia hidup dalam iklim yang jauh lebih demokratis, kebebasan pers misalnya sangatlah dijunjung tinggi. Namun ternyata Napoleon tidak dapat bertahan lama menguasai Prusia, karena lewat peperangan sengit antara Leipzig dan Waterloo, Napoleon pun dikalahkan tahun 1816. Kekaisaran Prusia kembali dipulihkan dan pemerintahan yang bersifat otoritarian kembali dijalankan di seluruh wilayah Prusia.
Perlu diketahui Hegel yang pada masa revolusi Prancis bersimpati pada gerakan Jacobin yang radikal, ternyata pengagum Napoleon. Dia menyebut Napoleon sebagai Roh Dunia dan kagum atas kejeniusan dan kekuatan Napoleon. Namun ketika kekaisaran Prusia direstorasi dia juga menyatakan diri sebagai pengagum kekaisaran Prusia bahkan menjadi seorang propaganda aktifnya.
Tahun 1818 dia menggantikan Fichte sebagai Profesor di Universitas Berlin dan di sana dia mempublikasikan sebuah karya yang sangat berpengaruh terhadap filsafat politik dan filsafat hukum, buku yang terbit tahun 1820 itu berjudul “Grundlinien der Philosophie des Rechts” (Garis Besar Filsafat Hukum). Selanjutnya terbit juga buku-buku lain yang merupakan hasil dari kuliahnya di Universitas Berlin, yang terpenting dari beberapa karyanya itu adalah “Philosophy of History”. Hegel meninggal di Berlin tahun 1831 sama dengan nasib anaknya yang tidak diakuinya yang meninggal di Jakarta –dulu Batavia—saat menunaikan tugasnya sebagai tentara Belanda tahun 1831.[4]
METODE DIALEKTIKA
            Sumbangan Hegel pada filsafat adalah konsep dialektika penyikapan kebenaran awal sebagai munculnya tesis yang bertemu dengan kebenaran tandingan sebagai antitesis untuk menghasilkan kebenaran baru yang disebut sintesis.
            Hal lainnya juga perlu diketahui bahwa dialektika berkaitan dengan dialog, percakapan. Bayangkan percakapan seperti ini. Ada orang yang mengatakan dengan tegas dan tanpa nuansa apa pun: “Indonesia adalah negara yang paling kaya di dunia” (thesis). Lawan bicaranya membalas dengan tegas pula: “Omong kosong, Indonesia adalah negara yang paling miskin” (antithesis). Kalau orang yang pertama lalu diam saja, maka tidak terjadi percakapan dalam arti yang sebenarnya, tidak ada dialog. Akan tetapi, bayangkan saja! Orang pertama mengetengahkan: “Ya, kalau dikatakan paling kaya, itu tentu terlalu optimis. Negara Indonesia tentu juga banyak kelemahan dalam ekonominya: dari segi tertentu kita kaya, tetapi dari segi lain tidak”. juga orang kedua mulai menambah nuansa pada ucapannya: “Paling miskin, ya itu memang melebih-lebihkan. Kita mempunyai sumber daya alam yang kaya dan pembangunan selama ini sudah membawa banyak hasil”. Dengan demikian mereka mencapai apa yang disebut synthesis di mana unsur-unsur kebenaran dari thesis dan antithesis dipertahankan.[5]
            Hegel dalam hal ini juga memberikan contoh yang telah disinggungnya pada permulaan usaha filosofisnya, yang merupakan alternative tradisional dengan asumsi bahwa proposisi haruslah terdiri dari subjek dan predikat. Logika seperti inilah yang kemudian direfleksikan oleh Hegel mengenai, yakni dialog tentang ada, ketiadaan, dan menjadi. Hal itu dijelaskannya secara demikian: “Ada, ada yang murni, mencakup segala sesuatu dan merupakan satu-satunya hal yang ada, sama sekali tidak ditentukan, segala sesuatu terkandung di dalamnya” (thesis). “Ada? Justru itu tidak sesuatu pun, ketiadaan, karena ketiadaan pula sama sekali tidak ditentukan. Tidak terdapat Ada, hanya terdapat Ketiadaan”. “Betul, ‘Ada’ dalam bentuknya yang abstrak dan murni memang tidak mempunyai isi, sama seperti ketiadaan” (synthesis). Synthesis inilah kebenaran yang tertinggi.[6]









KARYA-KARYA HEGEL
Ada banyak karya yang sudah tercipta dari tangan seorang Hegel, banyak karyanya berupa filsafat dan juga sejarah. Berikut ini adalah karya-karya Hegel:
1.      Phenomenology of Spirit (Phanomenologie des Geistes Kadang-kadang diterjemahkan sebagai Phenomenology of Mind) 1807 , yang dibuat pada awal karir filsafatnya.
2.      Science of Logic (Wissenschaft der Logik) 1812 –1816 (edisi terakhir dari bagian pertama 1831)
3.      Encyclopedia of the Philosophical Sciences (Enzyklopaedie der philosophischen Wissenschaften) 1817 –1830
4.      Elements of the Philosophy of Right (Grundlinien der Philosophie des Rechts) 1821
5.      Kuliah tentang Estetika
6.      Kuliah tentang Filsafat
7.      Sejarah (juga diterjemahkan menjadi Kuliah tentang Filsafat Sejarah Dunia) 1830
8.      Kuliah tentang Filsafat Agama
9.      Kuliah tentang Sejarah Filsafat











DAFTAR PUSTAKA
Bdk. Dr. P.A. van der Wei. 2000. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia, Yogyakarta: Kanisius.
Kumara Ari Yuana. 2010. The Gratest Philosophers 100 Tokoh Filusuf  Barat Dar Abad 6 Sm- Abad 21 Yang Meng Inspirasi Dunia Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
http://dayakkebahanberbagi.wordpress.com/2011/04/13/gagasan-hegel-tentang-idealisme-mutlak-dialektika/, diakses pada 2 Maret 2014.


[1]Kumara Ari Yuana, The Gratest Philosophers 100 Tokoh Filusuf  Barat Dar Abad 6 Sm- Abad 21 Yang Meng Inspirasi Dunia Bisnis, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010), Hlm. 206.

[3]Ibid.
[4]Ibid.

[5]Bdk. Dr. P.A. van der Weij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 102-103.

[6]Ibid.

1 komentar: